Minggu, 15 November 2009

Kombinasi Psikologi Dalam MLM

Hai semuanya...

Kita pasti sering dengar soal MLM.
Bukan hanya produk dan cara networking-nya,
Tapi juga aktivitas prospeknya.

Kita mengetahui bahwa di dalam meeting MLM, bagaimana orang-orang baru dikumpulkan, lalu diberikanlah beragam 'siraman' untuk memotivasi mereka agar berminat, bergabung dan aktif dalam kegiatan MLM.

Saya mencatat setidaknya ada 3 sudut pandang psikologi yang digunakan dalam 'training' MLM.

1. Psikologi Humanistik

Di sini kandidat diekspose mengenai status dan kedudukannya di masyarakat.
Cara eksposnya bisa bervariasi tergantung keahlian dari si prospecter (sebutan saya).

Intinya adalah untuk mengatakan bahwa status, kedudukan, fungsi dan perannya di dalam masyarakat belumlah cukup tinggi untuk dibanggakan sehingga perlu ditingkatkan lagi.

Tentu saja untuk menjelaskannya,
Si prospecter akan butuh standar untuk membandingkan.
Standar ini adalah dikotomi antara sukses dan kurang sukses.
Jadi, di sini akan diciptakan suatu persepsi mengenai apa itu kesuksesan dan apa itu ketidaksuksesan.

Goal-nya adalah agar si kandidat merasa bahwa dia akan bisa mencapai taraf yang lebih baik apabila dia mengikuti MLM.

MLM jaman dulu menekankan pada sukses pribadi.
MLM jaman sekarang menekankan pada mensukseskan orang lain.

Misal,
'Dengan ikut MLM ini, kamu akan bisa menyejahterakan orang-orang lain dengan mengajaknya ikut program.'

Nah,
Bukankah Psikologi Humanistik mempunyai goal Aktualisasi Diri?
Bahwa level teratas itu tidak bisa dicapai tanpa melewati level sebelumnya?

Perhatikan strategi MLM yang mendorong pemenuhan 'Esteem Needs'.
Biasanya di MLM besar akan ada pemberian kategori bahwa sukses itu mempunyai kendaraan beroda empat (tapi yang jenis elite tentu saja), berpergian ke luar negeri dan lain-lain sebagai kompensasi dari kesuksesan seseorang mencapai taraf tertentu.

Pola itu tentu saja akan disosialisasikan pada para member sehingga mereka merasakannya sebagai suatu 'kewajiban' dari keberhasilan mereka.

Pemenuhan dari Esteem Needs itu menjadi suatu tanda awal terwujudnya 'Self Actualization' mereka.

2. Psikologi Behaviorisme

Ini main-course dari MLM.

Di sini, kita bicara mengenai 'reward-punishment'.

MLM tidak mengenal salary, tapi dia mengenal sistem komisi.
Komisi dari penjualan dan komisi dari perluasan jaringan.

Nah,
Saya tidak membahas mengenai proporsi komisinya,
Tapi lebih pada sisi psikologinya.

Di sini akan diekspose bahwa sistem reward dari pekerjaan konvensional tidak akan cukup membiayai dan membuat kandidat mencapai 'kesuksesan' yang dipaparkan di poin 1.

Artinya,
Pekerjaan konvensional perlu ditambah dengan pekerjaan dari MLM agar penghasilannya bisa memadai.

Saya pikir saya tidak perlu lagi menjelaskan favorabilitas manusia terhadap reward.

Akan tetapi,
Perlu digarisbawahi bahwa strategi yang jitu adalah dengan menekankan pada reward, bukan cost (punishment).

Apakah ada cost dari MLM,
Tentu saja ada.
Berupa biaya yang diberikan dan usaha yang dikeluarkan dalam mencapai komisi yang diharapkan (itu sebagian dari contohnya).

Telaah kritis :
Mengapa beberapa (jika tidak dikatakan sebagian) dari para MLM tidak berhasil mencapai target?
Apakah karena mereka tidak siap mengeluarkan usaha yang diperlukan?
Karena mereka pada awalnya terlalu fokus pada reward? Atau terlalu 'difokuskan' pada reward?

Inilah strategi dari sudut Psikologi Behaviorisme,
Focus on reward not on punishment.

Perhatikan bahwa para pejuang MLM akan dipanggil ke depan panggung dan diberikan tepukan tangan.
Inilah juga tahapan reward kecil sebelum reward yang lebih besar.

Perhatikan proses belajar (Identification & Modeling) dari rekan-rekan MLM yang masih baru terhadap rekan-rekan lain yang sudah 'sukses'.
Mereka akan dijadikan standar bahwa sistem reward berlaku efektif.
Akan lebih strategis bila pada para MLM yang sudah sukses harus mengikuti pola hidup tertentu sebagai konsistensi dari reward yang diperoleh agar bisa menjadi model.

3. Psikologi Kognitif

Humanisme menetapkan standar, Behaviorisme memberikan reward, Kognitif membuat kandidat merasa mampu dan harus mengikutinya.

Psikologi Kognitif menekankan mengenai perubahan pola pikir.
Menyingkirkan pikiran-pikiran irasional dengan pikiran-pikiran yang efektif.

Sebenarnya sangat banyak training motivasional menggunakan pendekatan ini.
Bahwa kita sebenarnya mampu,
Bahwa ketidakmampuan adalah ilusi yang kita ciptakan sendiri.

Psikologi Humanisme (poin 1) hanya akan efektif bila ditanamkan ke benak orang.
Proses penanaman ini menggunakan Psikologi Kognitif.

Psikologi Behaviorisme (poin 2) dengan reward-nya hanya akan efektif bila orang merasa sanggup mencapainya. Ini harus dilakukan dengan menurunkan persepsi orang mengenai risiko MLM.
Proses peredaman risiko ini tentu menggunakan Psikologi Kognitif.

Penekanan mengenai kemampuan dan kapabilitas manusia sebagai makhluk berpotensi adalah aspek penting dalam beragam training MLM.

*****

Nah, inilah sedikit bahasan saya mengenai pendekatan 3 teori Psikologi dalam prospek MLM.

Mudah-mudahan berguna,
Terutama bagi rekan-rekan yang hendak melakukan prospek MLM atau mengadakan training-training sejenis.

Note :
Saya tidak sedang mendiskreditkan MLM, tetapi memberikan gambaran mengenai strategi psikologi dalam MLM.

Harap tidak ada pihak yang salah paham maupun memandang negatif terhadap MLM.

Casanova Love

------------------------------------------------------------------

Komentar :

red_pr!nce

gw sendiri menjalankan MLM yang sekarang ini tanpa mikir terlalu jauh tentang psikologi macem-macem. yang penting gw jalankan sebisa mungkin di waktu-waktu gw yang senggang, dengan tujuan untuk membantu sebanyak-banyaknya orang dan membantu diri gw sendiri untuk bisa lebih percaya diri dan pinter ngomong.
kalo masalah reward itu mah belakangan aja, dan gw ga mikir terlalu jauh sampe ke situ ya. gw percaya karma koq. kalo kita banyak membantu orang, karma baik kita juga akan berbuah dengan sendirinya. tapi kalau kita cuma mikir reward doang, kita ga akan tulus membantu orang karena ujung-ujungnya mengharapkan uang. akhirnya, karma kita juga ga sebaik yang seharusnya kita dapatkan hanya karena kita ga tulus membantu orang lain. bahkan selama ini, gw rela ga dapet bonus/komisi apapun karena menjual produk kepada orang lain dengan harga distributor, bukan dengan harga retail, meskipun dia bukan member. call me stupid. :P

gw udah 6 tahun malang melintang di berbagai macam perusahaan support MLM (Network 21, Unicore, etc), dan gw baru 3 bulan menggiati MLM yang bergerak di bidang perlebahan. dalam 3 bulan terakhir ini, berkat MLM terakhir ini, gw mulai bisa mengembangkan kepercayaan diri gw untuk mengatasi TRAUMA BERAT yang pernah gw alami pada masa-masa kecil (dan kehidupan gw yang sebelumnya; kalau percaya reinkarnasi). ya lumayan, jadi semacam kursus terapi sendiri...tanpa modal uang, tanpa pake psikiater, hanya dengan modal menghadapi lingkungan sekitar aja (pengalaman). :P

tujuan utama gw gabung MLM ya untuk menghancurkan 'tembok sosial' dalam diri gw yang muncul akibat trauma masa lalu.
masalah duit, itu mah gampang. kalo kita udah makin mateng, nanti tuh duit juga kerja sendiri buat kita. :D

MLM itu ga instan, tapi perlu proses yang lama. kebanyakan orang gabung cuma pengen cepet kaya, tapi ga mau jalanin prosesnya. akhirnya banyak orang-orang MLM yang MENYEBALKAN bagi banyak orang, karena mereka cuma datang ke rumah orang dan memaksa mereka bergabung dengan MLM, tanpa membangun kedekatan emosional dan tanpa menyadari apa kebutuhan mereka terlebih dahulu. untuk bisa tabah menjalankan prosesnya, ya minimal orang itu harus punya semacam panggilan jiwa untuk rela kerja membantu orang lain tanpa perasaan ngarep imbalan. kalaupun ada orang-orang yang cepet kaya, itu kurang lebih disebabkan oleh faktor keberuntungan karena karma-karma masa lalu mereka yang baik tepat berbuah ketika mereka menjalankan MLM itu. :D

suatu kerjaan yang ga dianggap kerjaan itu lebih enak dikerjakan, karena ga ada beban dan target. kayak gw misalnya, bisa prospecting di mana aja seperti di kafe, mal, bioskop, tempat karaoke, tempat hiburan, jalan raya, jalan kompleks perumahan, dan di daerah kumuh. lucunya, kadang-kadang prospecting itu ga harus dengan cara-cara formal gaya businessman, tapi bisa dibawa nyantai. contohnya, lagi seru-seru bicarain film Transformers di kafetaria kampus, ujung-ujungnya nawarin produk perlebahan, dan akhirnya bisa terjual setelah gw nyinggung-nyinggung soal peran Autobot Bumblebee di film Transformers. :D

Sumber :

http://forum.kafegaul.com/archive/index.php/t-179393.html

30 Juni 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar